Jakarta – Pernyataan Ferdinan Hutahaen terkait Presiden Jokowi sebagai
penyebab pembunuhan di Sampang adalah bentuk pelimpahan kesalahan kepada
petahana.
sementara dirinya tutup mata dan tidak berupaya mengoreksi cara kubu
Prabowo-Sandiaga berpolitik di Pilpres 2019 yang sejak awal sudah
menebar fitnah dan menjadikan Presiden Jokowi sebagai kambing hitam dari
semua permasalahan demi mendapat simpati dan dukungan masyarakat.
Cara berpolitik Prabowo-Sandiaga dengan menebar ketakutan dan pesimisme
serta fitnah terhadap Pemerintah menyebabkan rakyat terpancing.
Insiden di Sampang harus menjadi pelajaran bagi Prabowo-Sandiaga agar
lebih mengedepankan penyampaian program atau visi-misi dalam kampanye
serta menghindari pernyataan hoaks atau fitnah dan mensosialisasikan hal
positif yang memperkuat persaudaraan antar sesama pendukung paslon.
Presiden Jokowi dalam beberapa kesempatan selalu mengingatkan masyarakat
agar tidak terpecah dan tidak bermusuhan karena berbeda pilihan
politik.
Hal tersebut membuktikan bahwa Presiden Jokowi sejak awal menginginkan
Pilpres dengan suasana kondusif dan damai untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan seperti kejadian di Sampang.
Ferdinand Hutahaen yang sejak awal memicu provokasi ini tanpa melihat
akar rumput yang mudah terbakar seakan tidak peduli, Ferdinand sibuk
mencari kesalahan karena memang partainya sadar kalau kalah
elektabilitas dan terhempas dalam elektoral partai di 2019.
Pernyataan Ferdinand yang sering menyudutkan pemerintah tersebut membuat
netizen protes kalau kata Mael Lee “Otak Mana”, bahkan ada yang justru
memunculkan komentar-komentar lucu. Seperti yang tertera pada artikel
dengan judul “Penembakan di Madura, Kubu Prabowo: Ini Salah Narasi
Jokowi’ di Babe (26/11).
Seno Suroto, “Yang salah Jokowi lagi, nanti ada pasangan putus cinta yang disalahkan Jokowi.”
Socratez, “Besok kalau ada yang kencing di celana, Jokowi juga yang salah.”
Rhy123, “Jokowi kena salah lagi, kasian anak deso.”
Dalam hal ini masyarakat harus menggunakan media sosial secara bijaksana dan mampu menahan diri dari segala perbuatan provokasi.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi – Ma’ruf Amin, Abdul Kadir
Karding mengatakan pelbagai pihak harus mengambil hikmah atas peristiwa
ini. Tim kampanye dan juru kampanye diminta agar tidak mengeluarkan
pernyataan-pernyataan provokatif, bohong atau hoax, dan berpotensi
memecah-belah masyarakat. “Jangan sampai kasus-kasus seperti ini meluas
terjadi di mana-mana.”
Karding meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika lebih ketat
memilah dan menindak postingan di media sosial yang berpotensi
menimbulkan perpecahan dan perseteruan. Kominfo harus melakukan
intervensi dengan menghapus atau menurunkan postingan di media sosial
yang berpotensi menimbulkan kericuhan. Jika diperlukan, Kementerian
dapat membentuk tim khusus yang bertugas memantau konten unggahan di
media sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar