Diskusi Isu Pembahasan Pemindahan Ibu Kota
JAKARTA - Rencana pemindahan Ibu Kota Jakarta
bukanlah hal yang sulit bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab Jokowi
adalah pemimpin visioner.
"Pemimpin yang punya kemampuan berpikir jauh ke depan, sekaligus
mampu merealisasikannya. Banyak hal yang sudah diwujudkan Presiden
Jokowi. Misalnya berhasil mengulang sukses Bung Karno menggelar Asian
Games yang sangat prestisius di mata Internasional," ucap Wakil Kepala
Rumah Aspirasi Jokowi-Ma'ruf Amin, Michael Umbas dalam diskusi Bertema
Memindahkan Ibu Kota: Ide Bung Karno dan Implementasi Jokowi” di
Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Dia menambahkan, di sektor infrastruktur dibangun merata di semua
daerah, baik jalan tol, tol laut, hingga jalan desa, irigasi, bendungan,
banyak sekali. Menurutnya, Presiden Jokowi juga merealisasikan MRT di
Jakarta yang idenya sudah sejak zaman Soeharto, namun baru terealisasi
era Jokowi, sehingga Indonesia sudah seperti negara maju.
"Ketika Jokowi membahas gagasan besar untuk memindahkan ibu kota
Jakarta, banyak yang memberi tanggapi nyinyir dan utopis. Misalnya ada
yang menyebut rencana penindahan ibu kota hanya buntut kekecewaan karena
Ahok kalah dalam Pilkada di DKI," urainya.
Ada juga, kata Umbas, yang menganggap itu hanya sebagai pengalihan
isu di tengah sengketa Pemilu 2019. Padahal pemindahan ibu kota tak
serendah dan sekecil anggapan mereka itu. "Gagasan Pak Jokowi itu untuk
kepentingan jangka panjang seluruh rakyat Indonesia. Memindahkan ibu
kota juga membuktikan bahwa pemerataan pembangunan bukan sebatas wacana
politik. Jokowi justru membangun di daerah-daerah luar Pulau Jawa
sehingga inilah yang disebut Indonesia Sentris. Bukan lagi Jawa
Sentris," kata dia tegas.
Dia menambahkan, pembangunan yang merata membuka sumber ekonomi
baru bang bangsa Indonesia. "Kalau Malaysia saja bisa memindahkan ibu
kotanya dari Kuala Lumpur ke Putra Jaya. Brunei Darussalam juga
memindahkan Ibu Kota. Indonesia sebagai negara besar tentu sangat bisa
memindahkan ibu kota. Pak Jokowi akan mewujudkan itu," paparnya.
Sementara Plt Dirjen Otda Kemendagri, Akmal Malik mengatakan,
pemindahan ibu kota itu sangat penting karena Jakarta sudah tidak layak
lagi menjadi sebuah ibu kota negara yang besar seperti Indonesia.
"Tak ada yang salah kalau DKI Jakarta pindah ke Kalteng. Di sisi
lain, Jakarta juga masih ada peluang untuk menjadi daerah khusus karena
pertumbuhan ekonomi bisnis tetap di Jakarta," kata Akmal.
Akmal menjelaskan, pemindahan Ibu Kota juga penting dalam
kaitannya dengan lingkungan dan faktor spiritual. Sebab mengambil
keputusan bangsa harus dalam situasi dan kkndisi yang nyaman, tenang,
dan, damai. "Bung Karno membangun istana di lokasi strategis di Bogor,
tampak siring Bali. Sebab secara spiritual emosional bisa ambil
keputusan strategis bangsa di tempat yang baik," sambungnya.
Sebaiknya, kata Akmal, yang jadi ibu kota nanti wilayah
administratif saja. Biar tak ada kericuhan. "Sebab, wilayah
administratif tidak ada DPRD," ungkapnya.
Deputi IV Kantor Staf Presiden (KSP) Eko Sulistyo menambahkan, zaman
Bung Karno sudah dilakukan perencanaan pemindahan ibu kota dan sudah ada
simbolisasi tiang dan ketika itu ada Dubes Rusia, Dubes AS yang hadir
saat peresmian peletakan batu pertama.
"Jadi sudah ada perencanaan yang matang. Tapi karena peristiwa
1965 dan masalah pembiayaan, akhirnya tak terlaksana. Nah, dalam
perencanaan itu, Palangkaraya selain pusat ibu kota juga pangkalan
pertahanan berbasis angkatan udara. Dalam merealisasikannya, butuh
komunikasi politik dan kesepakatan pemerintah bersama DPR," ucap Eko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar