Balai Besar POM Mataram mengumpulkan sejumlah camat, kepala desa kepala sekolah dan kepala pasar di Lombok Timur dan Lombok Utara. Mereka hadir dalam acara monitoring dan evaluasi Program Desa Pangan Aman, Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas dan Sekolah PJAS Aman di Hotel Lombok Astoria, Rabu (7/12).
Kepala Balai Besar POM Mataram I
Gusti Ayu Adhi Aryapatni menyampaikan, tiga Program Prioritas Nasional ini
telah dilaksanakan sejak tahun 2014. Untuk tahun 2022, pelaksanaannya sudah
berjalan intensif selama 10 bulan di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Lombok Timur
dan Kabupaten Lombok Utara. Tahun depan, Balai Besar POM Mataram hanya akan
mengawal pelaksanaannya.
“Harapan kami, pemda kabupaten/kota
selanjutnya bisa mereplikasi program ini dengan menggunakan APBD atau APBDes
sehingga pemberdayaan masyarakat dan lain-lain seperti yang sudah kami lakukan
dapat dilanjutkan atau diimplementasikan kembali,” kata Gusti Ayu.
Khusus Program Desa Pangan Aman, di
tahun 2022 pihaknya sudah mengintervensi 6 desa. Yaitu 4 di Lombok Timur dan 2
di Lombok Utara. Hingga tahun 2022, dari 1267 desa/kelurahan yang ada di Provinsi
NTB, sebanyak 195 desa/kelurahan atau 15,39 persen telah diintervensi Program
Desa Pangan Aman. Hingga tahun 2022 telah terbentuk Tim Keamanan Pangan Desa
(TKPD) dengan jumlah anggota sebanyak 168 orang, Kader Keamanan Pangan Desa
(KKPD) 721 orang, serta Komunitas Desa sebanyak 2177 orang yang telah terpapar
keamanan pangan dan telah menerapkan keamanan pangan.
Sementara untuk Program Pasar Aman
Berbasis Komunitas, Balai Besar POM Mataram di tahun ini mengintervensi 2
pasar yaitu 1 pasar di Kab Lombok Timur dan 1 pasar di Kab Lombok Utara. Hingga
tahun 2022, dari 197 pasar yang ada di Provinsi NTB, hingga tahun 2022
ini sebanyak 19 pasar atau 9,6 persen telah diintervensi Program Pasar Aman
Berbasis Komunitas, dan komunitas pasar yang sudah mendapatkan sosialisasi
keamanan pangan sebanyak 2028 orang. Adapun Program Sekolah Dengan Pangan
Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu, dan Bergizi (PJAS) Aman, di 2022 Balai
Besar POM di Mataram telah mengintervensi 92 sekolah yang terdiri dari 27
SD/MI, 27 SMP/MTs dan 38 SMA/MA. Kepada 92 sekolah diberikan intervensi A, 22
Sekolah (mendapatkan tahapan lengkap sampai dengan sertifikasi sekolah dengan
pjas aman) dan 70 sekolah (mendapatkan sosialisasi dan paket edukasi). Adapun
kabupaten sasaran intervensi A yaitu Kabupaten Lombok Utara 8 sekolah dan
kabupaten Lombok Timur 14 sekolah, sedangkan sekolah intervensi C dilaksanakan
di 7 kabupaten/kota lainnya.
“Pada tahun 2022 ini, kami juga
melaksanakan pengawalan terhadap sekolah-sekolah yang telah mendapatkan
sertifikasi, sekolah-sekolah tersebut harus tetap memperbarui SK Tim Keamanan
Pangan Sekolah, komitmen kepala sekolah dan rencana aksi. Balai Besar POM di
Mataram akan tetap melakukan sampling dan pengujian sampai dengan tahun 2024,”
ujarnya.
Melalui monitoring dan evaluasi
(monev) kali ini, Balai Besar POM Mataram ingin melihat proses maupun kemajuan pelaksanaan
program, mengidentifikasi hal-hal yang mendukung atau menghambat pelaksanaan
program. Mengukur capaian target yang telah ditetapkan, dan memperoleh
rekomendasi untuk pengembangan program lanjutan.
Gusti Ayu mengungkapkan, indeks
kesadaran masyarakat NTB terkait keamanan obat dan makanan tahun 2022 berada di
angka 72,6 atau posisi empat terbawah Nasional. Survei ini dilakukan Pusat
Kajian dan Kebijakan Obat dan Makanan BPPOM.
“Jika dibandingkan tahun lalu, kita
hanya meraih nilai 66,8 jadi ada kenaikan walaupun masih rangking di bawah,”
ujarnya.
Menurutnya, ini merupakan pekerjaan
rumah bersama untuk terus melakukan pemberdayaan secara terpadu. Masyarakat NTB
diyakini bukan tidak mengetahui tentang keamanan pangan dan obat tapi lebih
kepada rasa kepedulian yang masih rendah.
Sekda NTB H Lalu Gita Aryadi yang
membuka acara menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan monev. Balai Besar POM
Mataram sejauh ini telah melakukan berbagai upaya dan terobosan dalam rangka
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keamanan obat dan makanan di NTB
yang masih berada di posisi empat besar paling bawah.
“Ini (upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap obat dan makanan, Red) tugas kita bersama dan diperlukan
kolaborasi serta sinergitas semua pihak,” kata sekda.
Menurutnya, di era industri sekarang,
terjadi perubahan paradigma dan kebiasaan di masyarakat. Masyarakat saat ini
cenderung menyerahkan kesehatan mereka pada produsen-produsen makanan dan obat
yang tidak diketahui cara produksinya. Tampilan produk menjadi daya pikat
tersendiri sehingga faktor higienitas cenderung dikesampingkan.
“Komitmen kami juga luar biasa untuk
hal ini, selain fokus ke destinasi halal tourism, hal menyangkut
penyediaan pangan yang halal dan sehat juga menjadi prioritas,” jelasnya.
Sekda juga memastikan, pemprov akan
terus mengintervensi suksesnya pelaksanaan tiga Program Prioritas Nasional.
Diantaranya dengan merespons regulasi-regulasi pusat dengan mengeluarkan
instruksi gubernur, bupati/wali kota. Bahkan NTB sudah memiliki Perda No 8
Tahun 2021 Tentang Penjaminan Keamanan dan Mutu Pangan yang bertujuan menjamin
mutu dan memastikan pangan yang dikonsumsi masyarakat harus halal dan
berkualitas baik.
“Kepada OPD terkait, saya minta
atensi mereka agar sungguh-sungguh bekerja sama dengan Balai Besar POM Mataram
termasuk teman-teman yang ada di kabupaten/kota untuk melakukan gerakan bersama
meningkatkan kesadaran masyarakat kita mengonsumsi produk pangan yang aman,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar