Kamis, 05 September 2024

Strategi Ekonomi Biru Indonesia ditengah Dampak Perubahan Iklim

 

  1. Pengembangan ekonomi biru semakin nyata dilaksanakan di Indonesia. Salah satu indikatornya, adalah persiapan yang terus dilakukan Pemerintah Indonesia untuk memulai penerapan kebijakan Penangkapan Ikan Terukur (PIT) berbasis kuota pada 1 Januari 2025
  2. Program ekonomi biru dilaksanakan melalui banyak cara, dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai pemimpinnya. Kegiatan itu, termasuk mendorong pemanfaatan pulau-pulau kecil untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pesisir
  3. Saat melaksanakan ekonomi biru, ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia. Salah satunya, adalah dampak perubahan iklim yang sudah sudah terasa terjadi di wilayah pesisir di seluruh Indonesia
  4. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sudah menerbitkan hasil penelitan tentang dampak perubahan iklim pada pengembangan ekonomi biru. Ada sejumlah strategi yang bisa diterapkan, jika ingin ekonomi biru berjalan sukses

Pemerintah Indonesia melalui koordinasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah membuat berbagai kebijakan terkait ekonomi biru. Ada sejumlah program prioritas ekonomi biru untuk mengembangkan kawasan pesisir dan laut agar tetap berkelanjutan.


Saat menjalankan kebijakan tersebut, bukan hanya regulasi dan komitmen dari pemerintah saja untuk bisa mengawalnya sampai sukses. Namun juga, bagaimana Pemerintah bisa memantau kondisi di lapangan, karena laut memiliki karakteristik istimewa.


Hal itu pula yang menjadi perhatian dari A’an Johan Wahyudi, seorang peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memiliki kepakaran pada ilmu biogeokimia laut. Dia melakukan penelitian tentang pentingnya pemantauan variabilitas karbon untuk mendukung pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan.


Hasil penelitian tersebut mengukuhkan dirinya menjadi profesor riset di lingkungan BRIN beberapa waktu lalu, dengan tema riset tentang perlunya pendekatan komprehensif dalam melaksanakan pemantauan.


Pendekatan itu mencakup keterlibatan observasi in-situ, pemanfaatan data dan model produk satelit, serta pemantauan yang terencana dan berkelanjutan. In-situ sendiri adalah usaha pelestarian alam yang dilakukan dalam habitat aslinya.


Dia menerangkan bahwa pemahaman mendalam tentang siklus biogeokimia karbon sangat penting untuk upaya mitigasi perubahan iklim dan penurunan emisi karbon. Namun, biogeokimia laut sangat dipengaruhi oleh variabilitas faktor iklim seperti El Niño dan Indian Ocean Dipole (IOD).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar