Kementerian Pekerjaan Umum
(PU) memastikan komitmennya terhadap visi Presiden Prabowo Subianto untuk
mencapai swasembada pangan dan air.
Langkah nyata tersebut
diwujudkan dengan peresmian enam bendungan baru di lima provinsi pada awal
tahun 2025. Proyek infrastruktur ini diharapkan menjadi pengungkit utama dalam
upaya mencapai ketahanan pangan dan air nasional.
Menteri PU, Dody Hanggodo,
menyatakan bahwa infrastruktur sumber daya air, khususnya bendungan, memegang
peranan krusial dalam mewujudkan swasembada pangan.
“Infrastruktur sumber daya air
sangat penting untuk mendukung sasaran swasembada pangan,” tegas Menteri Dody,
dikutip Kamis (9/1/2024).
“Dari bendungan, bendung,
hingga irigasi primer, sekunder, dan tersier, semuanya terintegrasi untuk
menunjang produktivitas pertanian di sawah-sawah kita.” imbuhnya.
Keenam bendungan yang siap
beroperasi tersebut tersebar di berbagai wilayah Indonesia, meliputi: Bendungan
Rukoh dan Keureuto (Aceh), Bendungan Jlantah (Jawa Tengah), Bendungan Sidan
(Bali), Bendungan Marangkayu (Kalimantan Timur), dan Bendungan Meninting (Nusa
Tenggara Barat).
Masing-masing bendungan
memiliki kapasitas dan manfaat yang beragam, mencakup irigasi lahan pertanian
yang luas, pengurangan risiko banjir, penyediaan air baku, serta potensi
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan tenaga surya (PLTS).
Berikut rincian lebih lanjut
mengenai keenam bendungan tersebut:
- Bendungan Rukoh (Aceh): Kapasitas 128 juta
m³, mengairi 11.950 ha lahan, mengurangi banjir hingga 89,62%, dan
berpotensi menghasilkan listrik PLTS 140 MW. Biaya pembangunan Rp 1,7
triliun (2018-2024).
- Bendungan Keureuto (Aceh Utara): Kapasitas
216 juta m³, mengairi 9.455 ha lahan, mengurangi banjir hingga 30%, dan
menghasilkan listrik 6,34 MW. Biaya pembangunan Rp 2,73 triliun
(2016-2024).
- Bendungan Jlantah (Jawa Tengah): Kapasitas
10,97 juta m³, mengairi 1.494 ha lahan, mengurangi banjir di area 87 ha.
Biaya pembangunan Rp 1,02 triliun (2019-2024).
- Bendungan Sidan (Bali): Kapasitas 5,76
juta m³, menyediakan air baku 1,75 m³/detik, dan berpotensi menghasilkan
listrik mikrohidro 0,65 MW. Biaya pembangunan Rp 1,8 triliun (2018-2024).
- Bendungan Marangkayu (Kalimantan Timur):
Kapasitas 12,3 juta m³, mengairi 1.500 ha lahan, dan berpotensi
menghasilkan listrik mikrohidro 135 kWh. Biaya pembangunan Rp 191,26
miliar (2023-2024).
- Bendungan Meninting (NTB): Kapasitas 12
juta m³, mengairi 1.559 ha lahan, dan berpotensi menghasilkan listrik 0,8
MW. Biaya pembangunan Rp 1,4 triliun (2019-2024).
Peresmian bendungan-bendungan
ini menandai langkah signifikan dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan
ketahanan pangan dan air di Indonesia.
Proyek ini diharapkan mampu
memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat, khususnya di sektor
pertanian dan perekonomian lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar